Selasa, 19 Mei 2009

Menjelang Sebulan kepergian kakekku

Tidak terasa kakekku perig udah hamper sebulan. Sulit rasanya kehilangan kakekku ini. Kakek ku ini merupakan orang yang paling baek yang pernah aq knal selama ini. Dia mengajari ku apa yang dia tahu. Dia selalu membuat apa yang bisa membuat cucu-cucunya senang datang kerumahnya yang sudah lama itu. Dia membuat semuanya seperti baru, tidak seperti yang lama. Asal kami datang ke medan, kami pasti jumpa sama kakak ku ini yang selalu duduk di teras rumah sambil minum kopi dan melihat kendaraan yang lewat. Kadang asal kami kakek ku ini sedang melakukan aktivitas yang simple untuk usianya yang sudah tua. Aq sadar bahwa kakek ku sudah pergi keRumah Bapa Yang Kekal. Terakhir aq ketemu sama kakek ku ini waktu dia mencapai usianya yang ke-70 tahun. Disitu kami semua cucu-cucu dan anak-anak kakek ku datang. Kami disitu ramai lha. Waktu kami datang kakekku ini sedang menunggu kedatangan kami di halaman. Waktu itu kami datang naik bus. Asal kami datang, pasti kalo tidak kakek ku yang bukakan pintu atau tante q yang selalu menemani kaken dan nenek q dimedan. Kakekku pergi tanggal 20-04-09 jam 05.30. Kakekku pergi setelah kami(aq, adq q, dan papa q dan tante q) pulang ke PKU dan ke Jakarta. Kami pulang karena kami mau sekolah dan papa q mw kerja. Udah hampir sebulan kakek ku pergi. Besok tepat tanggal 20-05-09 kakekku sebulan pergi. Rencanannya kami mau datang ke medan dan ziarah ke makam kakek ku ini. Namun, karena sekolah sudah mau dekat ujian makanya ga jadi. Tapi, aq bertekat agar semua MataPelajaran Ujian nanti ga ada yang remed. Supaya aq bisa langsung tembak ke Medan nemenin nenekku yang sekarang tinggal sendiri yang di temenin oleh dua anaknya yaitu tante vera dan tulang jojo. Sebenarnya aq mau banget ke medan. Aq udah buat rencana agar besok aq langsung tembak ke medan. Namun, orangtua aq tidak mengijinkan. Mereka bilang setelah selesai ujian baru ke medan. Ya terpaksa aq menahan niat q yang ingin terbang ke medan sampai selesai ujian. Mudah-mudahan bagi yang membaca blog q ini tidak membeber-beberkan ini. Termasuk kalo yang baca anak SMP SANTA MARIA dan GURUnya jga yach. Hihihiih.

Rabu, 13 Mei 2009

The true story from tante riris

My true story

Pagi-pagi dihari Jumat,aku dikejutkan oleh telpon Kak Ichi yang mengabarkan bahwa Bapak masuk rumah sakit PTPN karena sesak nafas.Terasa sekali kekalutan hati Kak Ichi waktu mengabarkan kabar buruk itu.Dada rasanya sesak,air mata mengalir,dan pikiran berputar-putar ketika mendengar kabar berita tentang Bapak yang sangat aku cintai. Kekalutan itu ternyata juga membuat diri Kak Ichi tidak kuasa untuk membuat suatu keputusan haruskah kami pulang?Dia terus saja menanyakan padaku, kami harus bagaimana?Aku memutuskan harus pulang karena selain karena keadaan Bapak,aku menguatirkan Mama.Dibenakku,bagaimana Mama bisa mengurus semuanya?

Berkali-kali aku telepon nomor handphone Mama pagi itu,tetapi yg menjawab hanya voice mail,kucoba menelepon rumah dan handphone saudara-saudaraku yg lain semuanya tidak bisa dihubungi.Ya Tuhan,bagaimanakah keadaan Bapak sebenarnya?Dalam tangis dan kegalauan hati aku berdoa pada Tuhanku..Tuhan..lindungilah Bapakku,berilah kesembuhan..

Dalam keparauan karena tangis,aku meminta suamiku untuk mencarikanku tiket pulang ke Medan hari itu juga.Aku tidak tahan dengan bertanya-tanya tanpa jawaban pasti keadaan Bapak.

Magrib,bersama adikku paling bungsu Dina kami berangkat dari Jakarta menuju Medan,tanpa kami duga sekitar 30 menit sebelum pesawat kami berangkat Mama menelepon kami dan berusaha menenangkan kami bahwa Bapak tidak apa-apa.Seperti biasa,Mama tidak pernah mau membuat anak-anaknya kuatir.Dan meminta kami untuk membatalkan berangkat ke Medan.Aku tidak tahu siapa yang memberitahukan hal ini kepada Mama,karena hingga kaki kami menjejak di Medan kami tidak berniat memberitahu Mama bahwa kami akan datang.Karena pasti beginilah reaksi Mama jika mengetahui kami datang dengan meninggalkan pekerjaan,meninggalkan anak dan suami.Tapi saat ini yang ada dipikiran kami berdua hanya ingin melihat sendiri bagaimana keadaan Bapak.

Jam 9.00 kami tiba di Medan kota tercinta,dengan bergaya backpacker dengan ransel tanpa bagasi kami berdua naik taksi langsung menuju Rumah Sakit.Langkah sedikit ringan dan hati kami tidak lagi sekalut sebelum berangkat tadi,karena Mama sudah memberi kabar bahwa Bapak baik-baik saja.

Sesampai di rumah sakit aku perhatikan keadaan tidak banyak berubah kondisi rumah sakit ini.Langkah kami percepat ketika menyusuri koridor menuju ruang VIP Tembakau 8,ruang dimana Bapakku dirawat.
Pintu tertutup ketika kami berdua sampai didepan ruangan itu.Hati mulai berdebar kencang,berharap apa yang Mama katakan adalah benar,tapi bagaimana jika tidak?
Pelan daun pintu itu kami buka,dan ternyata didalam ruangan itu banyak orang.Ada adiknya Bapak serta istrinya,dan sepupu kami,dan Mama.Mataku baru hanya menangkap kaki yang tertutup selimut,disebelah kiri terhalang tembok.Itu dia Bapakku yang sedang terbaring,dalam benakku.
Kupercepat langkahku untuk segera memasuki ruangan itu ingin melihat wajah kondisi Bapak dengan segera.

Ketika tatapanku sampai ke sosok yang sangat kuingin tahu keadaanya,sosok yang mendorongku harus terbang melintas pulau untuk bertemu dengannya.Sosok yang aku harapkan aku temui baik-baik saja.Sosok tercinta dengan wajah yang selalu dalam ingatan selalu berwajah tulus.......dan tersenyum.
Aku tak sabar.....
Tapi Oh TUHAN......Aku tidak mengenali sosok itu...Ya Tuhanku...Aku tidak mengenali wajah Bapakku..Tuhan apa yang telah terjadi pada Bapakku ini..Tuhan kenapa bisa ini terjadi??Tangisku dan adikku pecah seketika melihat kondisi miris Bapakku.Bapak yang sangat kami cinta,Bapak yang berwajah tampan dan bersahaja,kini tinggal tulang berbungkus kulit...Wajahnya tirus dan terlihat sangat tua dan lelah.Nafasnya terdengar berat dan satu-satu,selang oksigen dan infus berseliweran ditubuhnya,dengan suara yg lemah dan bahasa yg tidak jelas lagi.Tuhan..kenapa begini...?Kenapa Bapakku bisa begini?Kata-kata itu tidak putus-putusnya disela-sela tangis kami berdua mendapati keadaan Bapak yang jauh dari bayangan.Tuhan berat sekali cobaanMu ini.

Kami menjagai Bapak hingga larut malam,dan Mama mengatakan bahwa malam ini hingga pagi Mama menjaga Bapak dan kami berdua diminta istirahat

Hari kedua aku di Medan,dari pagi aku dan adikku menggantikan Mama yg sudah lelah semalaman menjagai Bapak,walaupun sebenarnya aku tidak dapat tidur malam tadi dengan nyenyak,sayup-sayup kudengar erangan Bapak,penghiburan Mama dan sepertinya Bapak sedikit rewel kepada Mama.

Keesok paginya dari pagi hingga siang, banyak permintaan Bapak yang tidak wajar bagi seseorang yg dalam kondisi sesakit itu,dan terkadang aku tidak mampu menjawabnya hingga terpaksa aku bangunkan Mama karena tidak mampu aku meluluskan permintaan Bapak.
Tapi kami tetap mencoba menuruti semua keinginan Bapak.Semua posisi yg diinginkan Bapak yang membuatnya nyaman kami turuti,ingin posisi tempat tidurnya ditegakkan,ingin duduk disisi tempat tidur,ingin turun sebentar dan dipindahkah ke kursi dibawah tempat tidur,ingin dipindahkan ke dipan penunggu,ingin tirai jendela disingkap agar dapat melihat keluar.Dengan kekuatan 3 orang perempuan,Aku Mama,dan adikku Dina kami gendong Bapak untuk memenuhi semua keinginannya. Sekedar membantu meringankan rasa sakit yg dideritanya,semua demi engkau sembuh Bapak

Ketika beranjak sore,aku melihat banyak sekali saudara,handai tolan yang datang silih berganti.Bahkan ada yang datang setiap hari untuk membantu merawat Bapak.
Teristimewa saudara perempuan Bapak yang sangat dekat dengannya,Namboru Mongga kami memanggilnya,dan kakak tertua Namboru Ana selalu setia dan membantu merawat Bapak.Begitu besar kasih mereka pada Bapak.Tangis tak henti Namboru Mongga dan Mama dengan kepedihan yang sangat dalam melihat keadaan abang dan suami tercinta,membuat hati ini hancur berkeping-keping.Kesedihan yang mendalam kami yang berada diruangan ini membuat kami tidak mau beranjak dari sisi Bapak berharap kehadiran kami dengan penguatan dan doa bisa membuat Bapak semangat untuk melawan apapun penyakitnya.

Malam menjelang,tanpa sedikitpun Bapak bisa tertidur,sudah lebih dari 30 jam.Obat tidurpun sudah diberikan,akan tetapi tidak berpengaruh sedikitpun. Erangan Bapak masih terus menerus,segala cara kami coba meringankan sakit beliau kami bergantian memijat,mengelus,dan melakukan apa saja yang sekiranya bisa membantu meringankan penderitaanya.Posisi yang harus terus menerus diperbaiki karena geliat kesakitan Bapak.Setiap kurang lebih 1 jam sekali kami harus menggendong Bapak agar posisinya kembali benar nyaman di tempat tidur.

Malam itu aku yang menjagai Bapak menggantikan Mama yang sangat terlihat lelah dan menderita.
Sepanjang malam aku memegang dan menggengam terus tangan Bapak.Kudengar suara parau Bapak yang tidak jelas lagi menggumamkan sesuatu yang aku tidak begitu paham.Matanya selalu terbuka,dan tidak memicing sedikitpun..hanya keluhan dan desahan kesakitan diantara nafasnya yang berat dan satu-satu.Kesakitannya membuatnya tidak bisa tenang,membuatku harus senantiasa terjaga dan tidak boleh memejamkan mata sedikitpun kuatir jarum infus terlepas dari tangannya yang kurus,jika jarum itu terlepas akan sulit untuk mencari pembuluh sehingga berkali-kali ditusuk,dan aku tidak itu terjadi karena jika itu terjadi akan menambah penderitaanya. Berkali-kali selang oksigen harus dibetulkan posisinya,karena Bapak selalu bergerak diantara erangan kesakitannya.
Ya Tuhan,bagaimana caraku untuk meringankan penderitaan orang yang aku kasihi ini?Air mataku tidak henti-hentinya mengalir menyaksikan setiap tarikan nafas beratnya yang tersengal-sengal untuk menarik udara mengisi paru-nya,dan setiap erangan kesakitannya hingga kaki Bapak ditekuk dan ditariknya ke arah badannya untuk mengurangi kesakitan yang amat sangat yang sedang dirasakannya.Aku hanya bisa membisikkan setiap erangan datang dengan kata-kata..Sabar Pak..Bapak pasti sembuh..

Menit berlalu seperti jam....dan jam berlalu seperti hari....Begitu lambat sekali rasanya waktu berjalan...penderitaan dan kesakitan itu terus-menerus hingga pagi menjelang tanpa Bapak memicingkan mata sedetikpun...Betapa menderitanya engkau Pak...semalaman hanya kesakitan dan penderitaan yang kau rasakan tanpa jeda waktu...Sakit apakah yang engkau derita Pak..?

Badanku mulai lelah,terjaga semalaman dan menangis disisi tempat tidur semalaman.
Mama sudah terbangun dari jam 5 pagi tadi dan bersiap menggantikanku menjagai Bapak.Mama memintaku untuk tidur,jiwaku tidak ingin tidur,tapi badanku terasa sangat lelah.Beberapa jam aku bisa memejamkan mata,dan terbangun terhentak..Aku tidak boleh tidur,tujuanku ke Medan adalah merawat Bapak dan membantu Mama..Aku mulai bersiap lagi untuk merawat Bapak.Aku tanyakan pada Mama,apakah Bapak bisa tertidur,tapi jawaban Mama bahwa Bapak tidak bisa tidur membuat aku merasa pedih,bahkan aku saja yang masih sehat tidak kuat dan sakit hanya sekedar berjaga.Bagaimana sakit dan capeknya Bapakku ini merasakan sakit tidak henti-hentinya dengan tanpa tidur sedetikpun..Oh Tuhan yang kuasa,jangan kau siksa Bapakku ini..

Hari itu,hasil laboratorium Bapak telah ada.Dan hasilnya Bapak Gagal ginjal yang sudah sangat parah.Dan dokter mengatakan bahwa cuci darah adalah jalan yang terbaik untuk membuat kondisi Bapak pulih.Wajah Mama terlihat cerah dan mulai optimis bahwa Bapak akan sembuh. Banyak orang yang meyakinkan dan menguatkan Mama bahwa saran dokter itu adalah yang terbaik.

Didampingi dan diiringi oleh banyak sekali sanak saudara yang menunggui Bapak,ke ruang OK (operasi) untuk pemasangan pipa ke pembuluh darah,duduk dibangku panjang dan bangku semen yang dingin menanti Bapak.Ketika Bapak keluar,kembali berduyun-duyun juga ke ruang haemodialisa,begitu banyak orang yang mengasihimu Bapak.Aku terharu sekali.Ketika di ruang cuci darah,hanya aku yang mendampingi Bapak..Terus terang aku baru pertama kalinya melihat orang dicuci darah.Beberapa orang berbaring dengan tenang didampingi orang terdekatnya dengan masih bisa ngobrol.Tapi beda dengan kondisi Bapakku,matanya berkaca-kaca dan sesekali airmatanya jatuh.Matanya nanar terbuka ,nafasnya tersenggal,dan gemetaran.
Tuhan aku hanya mampu menangis dan terus berdoa sembari membisikkan ke telinga Bapak..."Bapak yang kuat ya Pak..Aku tahu semua ini menyakitkan.Tapi semua ini supaya Bapak sembuh".
Disini Bapak tidak bisa lagi bersuara,aku tidak tahu apakah hilang karena sesuatu ataukan tidak punya tenaga lagi walau untuk bersuara. Selama 4 jam di ruang cuci darah,aku hanya bisa menggenggam tangan Bapak,mengelus-elus rambutnya dan membisikkan kata-kata penguatan buatnya. Hingga petugas medis menanyakan apakah aku cucunya,karena mereka keheranan melihatku menangis terus dan tidak henti-hentinya membisikkan kata-penghiburan.

Walaupun aku melihat Selesai cuci darah ini Bapak semakin lemah,tapi aku terus mencoba meyakini dengan segunung pengharapan bahwa inilah langkah awal kesembuhan Bapak.Tapi tidak begitu setelah sesampainya diruangan,Mama terkejut dan histeris melihat kondisi Bapak.Karena 4 jam yang lalu kondisi Bapak tidak separah ini.Ditambah lagi tiba-tiba panas badan Bapak naik cepat membuat semua panik.Tuhan tolong Bapak kami..

Ditengah kegalauan dan kesedihan keluarga,salah satu keluarga yang aku lupa siapa meminta kepada Mama untuk mendatangkan pendeta untuk mengadakan perjamuan kudus.Pedih hati ini mendengar permintaan itu.Apakah Bapak sudah tidak punya harapan lagi??Aku terus bertanya-tanya pada Tuhan dan memohon keajaiban.Tidak lama kemudian,pendeta dan sintua gereja datang dan mempersiapkan perjamuan kudus.
Tuhan,hati ini,Mama,Kakak,Adikku, dan semua keluarga rasanya tercabik-cabik...Tidak kuasa aku menahan kesedihan hati ini.Walaupun perjamuan ini adalah buat "keselamatan" Bapak.

Ketika sakramen itu dilaksananakan, keajaiban itu datang,Bapak bisa menjawab semua pertanyaan Pendeta dengan baik.Dan itu benar-benar keajaiban Tuhan.Dalam kesedihan,ada kelegaan hati,bahwa apapun kehendakNya Bapakku sudah siap.

Jam 12 malam,ketika aku bersiap akan tidur barang sejenak hingga jam 1 pagi untuk menggantikan Mama,dan sanak keluarga pamit akan pulang.Tiba-tiba beberapa suster datang dengan tempat tidur dorong, dan mengatakan Bapak harus dipindah ke ICU. Seperti disamber gledek disiang bolong kami semua terhenyak dan tidak percaya. Mama mulai menangis dengan mengatakan,jika memang "bagaimana" dengan Bapak,biarlah kami disini saja bersamanya sehingga kami masih bisa setiap saat melihat Bapak. Jika sudah di ICU,kami tidak akan bisa lagi setiap saat memandangnya dan mengelus rambutnya. Tangisan kami dan semua keluarga pecah malam itu. Diiringi tangis,kami semua pergi mendampingi Bapak menuju ruang ICU,dan disana hingga jam 3 pagi dan kembali ke ruangan atas anjuran sanak saudara untuk istirahat.Karena perjuangan kami menunggui Bapak didepan ruang ICU masih berlanjut keesok harinya .Para sanak saudara disana berjaga,didepan ICU hingga jam 5 pagi.

Hari-hari di rumah sakit mulai semakin kelabu.Kami hanya bisa bertemu Bapak 3Xsehari dalam waktu 30 menit.Itupun bergantian dengan sanak saudara yang datang yang rata2 perkunjungan minimal 15 orang. Karena banyaknya saudara yang rela menunggu seharian untuk bisa bertemu disetiap jam kunjung setiap hari.Lorong koridor ICU penuh dengan sanak saudara kami.Semua saudara yang jauhpun datang untuk menunggui Bapak.Sungguh terharu hatiku.Tikar memanjang sepanjang koridor untuk tempat duduk mereka. Dan kamipun sering diingatkan petugas ICU untuk jgn terlalu banyak yg masuk.Karena semua saudara ingin bisa bertemu.Hingga bagian ICU menugaskan khusus 1 orang perawat untuk menjaga pintu karena selalu membludaknya yang ingin mengunjungi Bapak.Terkadang kami harus mengalah pada 5 menit terakhir baru masuk setelah antrian selesai.
Ide jahil pun muncul,krei penutup jendela ICU sengaja kami bengkokkan agar kami setiap saat dapat "mengintip" Bapak.

Aku bersyukur,karena Bapak adalah salah satu mantan direktur Rumah Sakit maka kami dapat fasilitas peminjaman 3 ruang rawat inap (1 VIP,2 kelas I) selama Bapak sakit dan kami gunakan untuk tinggal dirumah sakit.Semua anak-anak dan cucu Bapak tinggal dirumah sakit tidak ada yang mau pulang ke rumah.
Kadang aku tersenyum,ini rumah sakit atau hotel ya?.Hanya keluargaku dan Cendana sepertinya yang bisa begini.Dalam hati menhibur diri.
Terkadang hal ini bisa sedikit mengurangi kesedihan.

Hari Jumat semua anak cucu menantu sudah berkumpul,termasuk keluarga adikku yang nun jauh di Bahrain sana.
Berkumpulnya keluarga besarpun terkadang juga dapat melipur kesedihan hati walaupun setiap besuk Bapak,semua kembali menangis.

Hari ke hari tidak ada perubahan,sementara hari Senin Abang ipar tertua,keponakan,dan adik bungsuku harus kembali bekerja dan sekolah.Dengan berat hati dan restu Mama dan pamit ke Bapak akhirnya mereka pulang ke Pekanbaru dan Jakarta pada Minggu siang.Aku juga sudah cukup lama meliburkan diri (1 minggu).Tapi aku tidak mau pulang ke Jakarta. Aku yakin dan percaya pintu rejeki masih bisa aku cari,tapi jika sesuatu terjadi pada Bapakku dimana aku cari? Dan aku tidak yakin akan bisa memaafkan diriku sendiri.

Hingga hari Minggu berjalan seperti biasa,semua masih setia menunggui Bapak.Berdoa dan berharap keajaiban itu datang. Tapi entah kenapa,malam itu aku berdoa lain pada Tuhan.Aku katakan,"aku masih menunggu keajaibanMu Tuhan,tapi jika sudah tiba saatnya bagi Bapakku aku berserah,ambillah dia bersamaMu"

Pagi jam 5,aku terbangun tiba-tiba karena terbatuk-batuk tidak tahu penyebabnya apa.Dan aku terjaga,aku merasa ada yg aneh..30 menit aku terduduk..Ketika akan tidur lagi..Tiba-tiba HPku berbunyi,susah payah tanganku berusaha merogoh ke laci yg terganjal spring bed yg ditiduri oleh adik dan keponakanku..Aku tidak tega membangunkannya.Tapi begitu berhasil hp itu mati...Ternyata telepon dari Kakak tertuaku yg ada diruangan dekat dengan ICU...Perasaanku mulai campur aduk..Pasti terjadi sesuatu dengan Bapak.Ketika aku hubungi kembali hpnya mati.
Tiba-tiba pintu kabar digedor dengan kencang,dan aku langsung melompat membuka pintu..Dan kakakku nomor 2 Kak Vera berhambur masuk dengan berurai air mata dan terbata-bata...."Ris...Bapak.."Jantungku langsung berdetak cepat dan mulai teriak membangunkan adik-adikku dan anak-anakku..."Sum...bangun!!! Bapak!!!."
Adikku Sumi,yang terkejut langsung berdiri dan refleks menggendong anaknya yang baru berumur 6 bulan dan yang berumur 6 tahun berlari dan menghambur menuju ICU.Sementara aku harus membangunkan anakku berumur 7 tahun yg hari selasa besoknya berulangtahun ke 8,dan anakku berumur 5 tahun.Terseret-seret mereka kugandeng berlari menyusuri koridor VIP yang berjarak 200 m dari ICU sambil semua pikiran berkecamuk dan berderai airmata.
Kuterobos pintu ICU,dan kudapati Mama sedang terduduk dengan meletakkan tangan diatas kepalanya dengan posisi tangan bersujud,dan aku lihat kak Ichi dan Sumi telungkup wajahnya di badan Bapak...
Tuhan...jangan....jangan...Jangan seperti yang aku pikirkan...Tolong Tuhan...
Ketika aku sudah berada disisi ranjang Bapak,kak Ichi bilang "Ris...Bapak sudah tidak ada........".
Semua kekuatanku hilang,jiwaku lumpuh,hatiku hancur....
Aku hanya mampu memanggil-manggil namamu berulang-ulang diisak tangisku..Sudah pergi Bapak yang baik...Sudah pergi Bapak yang mengajarku banyak hal dengan kasih,Sudah pergi panutan dan contoh lelaki jujur,bersahaja dan rendah hati...Sudah pergi....Sudah pergi..

Pagi itu juga,aku harus kembali ke rumah mengambil jas Bapak bersama kak Vera.Kembali ke rumah sakit dan memberikan jas itu ke kakakku dan kembali ke ruangan mengurus barang2 dan anak2 untuk kembali ke rumah.Semua berjalan begitu cepat,Anak-anak dibawa Sumi ke rumah,aku dan suamiku masih harus di rumah sakit mengurus jenasah. Jenasah Bapak harus di formalin dulu untuk seminggu,karena acara adat diperkirakan 3-5 hari.

Kami tunggui jenasah Bapak di ruang jenasah,untuk dirapikan,diformalin.
Hanya Aku dan kakak tertuaku saja di mobil jenasah,sepanjang perjalanan adalah perjalanan yang paling menyedihkan yang pernah aku rasakan seumur hidupku.Apalagi ketika sirene ambulans itu dibunyikan,suara itu meraung-raung seperti sangkala berbunyi dan sangat menakutkan.

Kesedihan meliputi rumah kami,jenasah disambut raungan tangis semua keluarga.
Bapak,kau telah tiba dirumahmu sendiri...kau telah pulang Pak....Rumah ini tidak akan sama lagi seperti dulu.Tidak ada lagi nyanyianmu,tidak ada lagi kesibukanmu membuat aneka mainan dari barang2 disekitar untuk cucu-cucumu ketika mereka datang,tidak ada lagi permainan gitar dan keyboardmu,tidak ada lagi cerita-ceritamu tentang danau toba dan samosir tanah kelahiranmu yang sangat kau cintai.
Hampa hati kami kehilanganmu Bapak.
Kami semua kehilangan Bapak yang sangat baik hati,tidak pemarah,pemaaf,sederhana,jujur,yang sangat dicintai tidak hanya oleh kami istri,anak,dan cucumu.Tapi semua orang yang pernah mengenalmu yg telah bersaksi,bahwa kau adalah orang yang sangat baik.Kami sangat bangga dan akan selalu bangga punya Bapak sepertimu.Tuhan pasti menyediakan surga terindah disana.

In Memoriam My Beloved Father